Senin pagi…
Tok… tok… tok…
Seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar. Pintu sengaja aku kunci, karena aku benar-benar gak mau di ganggu semaleman.
“klara, bangun!!! Dari semalem, mama pulang sampai sekarang pintu masih
di kunci aja” ternyata itu suara mama. “sudah sholat subuh belum?”
teriak mama sekali lagi. Dilanjutkan langkah kaki mama meninggalkan
depan kamarku. Setelah mendengar jawabanku.
Aku mengucek kedua mataku, ku lihat wajahku di cermin. Ya, sudah
kuduga. Mata panda, rambut berantakan, pipiku turun ke bawah. Aku bagai
monster.
“selamat pagi mata panda!!!” seruku di depan cermin, lalu ku tarik garis
di sudut bibirku, walaupun, tidak mengurangi wajah burukku di pagi yang
cerah ini. Setidaknya itu lebih baik.
Ku tarik langkah kakiku ke pintu kamar. Perlahan ku buka kunci kamar itu lalu bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu.
Seusai sholat subuh, aku bersiap mandi. Walaupun sudah mandi pun, mataku tetap terlihat habis nangis. Oh no!!
Hari ini akan lebih indah dari pada kemarin, aku yakin itu. Walaupun aku
harus melihat mantanku, Kevin di kelas. Walaupun, Bram akan mengejek
mata pandaku, ataupun Karin akan menyombongkan diri dengan kecantikannya
lebih dari pada aku. Hidup harus terus berjalan.
Aku merias diri di kamar, seragam lengkap dengan balutan rompi hitam
bergradasi merah. Rok selutut kotak-kotak merah hitam. Bandana merah,
dengan jam tangan merah di tangan kiri. Mata pandaku ku tutupi dengan
eyeliner. Ku poles bedak tipis. Dan berhasil, aku terlihat jauh lebih
segar.
“Klara, makan dulu!!” triak mama.
“iya ma, sebentar”
Aku menuju ruang makan dengan sepatu kets merah, dan tas merah berisi
buku-buku tulis. Dan sisanya buku besar-besar ku jinjing dengan satu
tangan.
“Ra, besok aku ada band di kampus, kamu datang ya?” Kak Bayu, kakak
laki-laki ku, menegurku sebelum aku sempat duduk di kursi makan. Aku
yang masih terkena sindrom galau gara-gara kejadian kemarin siang malas
untuk menanggapi. “Ra, kamu denger gak sih?”
“ha? Iya aku denger. Gak janji ya kak” jawabku malas.
“sssttt, ini kita lagi di depan makanan, jangan ribut!!” mama menengahi
keluhan kak Bayu. Keluhannya semakin terdengar ketika mama memotong
perkataan kak Bayu tentang rencanya yang sama sekali tidak aku dengar.
Aku masih sibuk mengenang kejadian kemarin siang. Saat rumah sedang
sepi. Saat kakak sibuk di studio musik. Saat mama sedang bekerja. Saat
Kevin datang dengan kata-kata naifnya.
“aku gak sayang sama kamu, dan aku lelah dengan semua ini. Aku ingin tenang dan gak mikirin semua ini. Aku ingin bebas.”
“Ra, kita putus”
Kepalaku pusing mengingat kejadian kemarin. Ia berkata seperti itu hanya
untuk gadis lain. padahal hubungan kami sudah hampir satu tahun
lamanya. Aku tidak tau kenapa ia berubah secepat itu. Mungkin ia
benar-benar selingkuh.
Seperti sebelumnya, seperti biasanya. Ia mengkhianatiku dengan cara
itu. Untungnya ia sudah memilih pergi, dan jika ia kembali, aku tak mau
memaafkannya lagi. itu terlalu menyakitkan bagiku.
“Klara, kamu gak makan?” kak Bayu mengagetkanku, aku baru sadar kalau
aku masih di meja makan. Dan aku baru sadar kalau mama sudah pergi ke
kantor. Dan aku juga baru benar-benar sadar kalau dari tadi aku hanya
mengaduk-aduk makananku dengan sendok.
“Klara” sekali lagi kakak ku yang bawel itu mengagetkanku.
“apaan sih kak?!” jawabku ketus.
“hello!! Lo pikir napa?? Ni udah jam berapa tukang ngayal??”
Aku melirik jam dinding di ruang makan. OMG jam 06.50. Aih!! Telat
sekolah!!! Gawat gawat gawat. “kenapa kakak gak kasih tau aku?”
“ya ampun Klara, adekku tersayang!! Kamu pikir dari tadi aku ngapain disini?! Aku juga telat gara-gara kamu!”
Aku menepuk jidatku dan begegas dengan tas punggungku.
Kak Bayu ikut sibuk melihatku terburu-buru.
Di sekolah.
Pintu gerbang tutup 5 menit sebelum aku sampai tepat di depan gerbang.
Aku mengerucutkan ujung bibirku protes terhadap kak Bayu, aku
menyalahkan motornya yang lelet. Yang diprotesin malah mengangkat kedua
bahunya lalu pergi dengan MoGe-nya, untuk kuliah.
Gak Cuma aku sih yang telat hari ini. Masih ada 3 siswa disana -di
depan gerbang- yang ketiganya gak aku kenal. Ada yang memang beda kelas,
ada juga yang adik atau kakak kelas. Ini benar-benar hari sial!
Batinku.
Aku mengamati keadaan sekitar, berharap ada jalan lain yang bisa aku
lewati, atau setidaknya ada tempat yang bisa aku singgahi sebelum bel
istirahat pertama tiba. Tapi kemana?
Aku menarik ujung tali tas ku, berjalan meninggalkan gerbang setelah
tidak berhasil merayu pak satpam yang berjaga. Satpam baru itu sungguh
tegas dan disiplin. Aku menendang kaleng pepsi di jalanan. Sebagai
ungkapan rasa kesalku.
Tiba-tiba seseorang berseragam sama denganku terlihat memasuki sebuah
lorong aneh, tidak di antara tiga orang yang telat bersamaku tadi. Aku
memilih mengikuti langkahnya, perlahan sampai tidak di dengarnya. Diam
diam tapi pasti.
Aku berjalan mengikutinya sampai aku menemukan dia di dekat tebing
rendah yang mudah untuk dilompati. Aku melihat caranya melompat dan
menghilang. Ada tempat seperti ini kah di sekolahku? Aku baru tau. Aku
mencoba mengikutinya setelah agak lama berselang. Lebih baik jaga jarak
dari orang tadi. Setidaknya aku tau jalan masuk sekolah tanpa ketauan
pak satpam.
Tebing itu ternyata berada di belakang gudang sekolah. Aku berjalan
melenggang ke arah kelas. Tak ada yang tau. Ini keren! Ditambah ternyata
kelasku itu sedang ada jam kosong. Aku masuk kelas dengan langkah gaya
sambil bersiul kecil. Tersenyum menyebalkan ke arah Kisya, teman
sebangku ku.
“kamu telat Ra?” tanyanya padaku setelah memasang tampang sinis.
Aku tertawa lepas dan mengangguk mantap.
“kok bisa masuk?” tanyanya lagi.
“kamu lupa? Aku kan bisa sulapan sekali kedip langsung pindah. Tuing!” aku mengedipkan mataku, mencandai Kisya.
Wajah Kisya terlihat lucu melihat candaanku. “dasar ngilfilin!!!”
protesnya. “hmm, katanya lagi galau? Perasaan dilihat-lihat happy-happy
aja”
Aku terperanjat dengan kata-kata Kisya pagi ini. Ah iya. Hampir lupa aku
kalau hari ini aku lagi galau berat. Ini gara-gara efek terlalu seneng
bisa nemuin jalan rahasia. Wajahku berubah 180 derajat kembali muram.
Ditambah seseorang dengan tampang menyebalkan masuk kelas dengan gaya
super soknya, Kevin.
Kevin berjalan dengan gaya. Tasnya hanya di gantungin satu di bahu
kanannya. Rambutnya dibasahi sehingga berdiri beberapa centi. Ia
melirikku sebentar dan menarik salah satu sudut bibirnya, terlihat
sombong dan angkuh. Lalu melengos mengalihkan perhatian dari wajahku
yang membiru. Aku kesal, benar-benar kesal. Terkutuk kau Kevin!!!
Seandainya saja aku tidak satu kelas dengannya ini pasti akan mudah.
Tapi, ternyata tidak semudah itu. Ia disana duduk dengan gayanya dan
kulihat seorang gadis berparas bak model itu berjalan menghampirinya,
setelah menatap hina ke arahku.
“sabar ya Ra, semoga aja mereka dapat dapet balasannya.” Seolah tau,
Kisya menghiburku. Aku mengangguk lemah. Disana gadis itu asik mencandai
Kevin, dan Kevin terlihat bahagia. Aku menghembuskan nafas berat.
Gak ada yang lebih indah dari pada sabtu pagi.
Meski tiap hari sabtu aku telat masuk sekolah gara-gara kesiangan. Tapi,
sekarang adalah perkara mudah untuk masuk sekolah tanpa ketauan pak
satpam. Dan beruntung, tiap sabtu pagi Pak Joko juga selalu telat masuk
karena harus menjadi dosen pembimbing salah satu muridnya di universitas
yang tidak jauh dari sekolahku.
Setiap malam sabtu aku srlalu isi dengan nonton film di bioskop
bareng temen-temen grup sepeda. Yang rata-rata sudah lulus sekolah. hang
out ini sengaja aku gunakan untuk menghilangkan rasa galau yang selalu
merayapi di dinding hatiku.
Ditambah lagi seminggu setelah aku dan Kevin putus, Kevin dan Karin
jadian tepat di depanku. Tepatnya di kantin sekolah. Dan saat itu aku
ada di sana. Menyesakkan.
Dan ini aku sekarang sedang berusaha melompati dinding rendah yang
biasa aku gunakan untuk masuk ke sekolah. Hup! Teriakku berhasil
melewati dinding itu. Terdengar suara tepuk tangan kecil di sebelah
kananku. Aku menengok ke kanan. Seseorang disana tersenyum girang
melihat aksiku. wajahku memerah karena malu.
“sejak kapan kamu disini?” tanyaku panik.
“setiap pagi aku disini, melihat gayamu melompat. Sampai aku hafal setiap hari apa saja kamu terlambat. Sabtu pagi.”
Aku beringsut. Aku melihat tas punggungnya, oh rupanya ini orang yang
dulu aku ikutin? Aku melihat wajahnya. terlihat asing. Tapi pernah
lihat.
“ngapain lihat-lihat?” tanyanya sambil melihatku yang sedang meneliti detail setiap inci makhluk menyebalkan di depanku.
“eh, kamu siapa? Kelas berapa?” tanyaku hanya sekedar memastikan.
“malah ngajak kenalan! Gak penting! Silahkan kamu pergi dari sini!”
“yeee!! Biasa aja kali mas!” aku kesal sendiri. Aku lebih memilih pergi
menghentakkan kakiku dan berlalu begitu saja. Tanpa melihat ke belakang
lagi.
Aku kesal hari ini aku ketauan.
Setelah kejadian di belakang gudang sekolah itu, aku dibuat penasaran
dengan cowok berwajah manis itu. Aku memilih untuk terlambat seokolah
setiap hari. Sampai kak Bayu marah-marah karena kelakuanku yang
memperlambat makan dan mandi. Tapi, aku tidak peduli. aku harus ketemu
cowok itu. karena setiap aku cari di sekolah ia tak pernah terlihat ada.
Aku sempat berfikir apa ia masih punya ruangan tersembunyi lagi. Aku
tidak tau. Dan aku harus cari tau.
Sial, hari ini pun aku tidak melihatnya. Padahal aku sudah
memperkirakan waktu yang tepat agar bisa bertemu dengan orang itu, dan
supaya terlihat tidak sengaja sedang mencarinya. karena setiap bertemu,
ia tak pernah memberitau nama dan kelasnya. Ia benar-benar susah untuk
dicari informasinya. Mengingat nama dan kelasnya saja aku tak tau.
Sedang di sekolah ini banyak nama dan kelas yang bisa jadi kemungkinan
untuk informasi tentang cowok itu.
Tiap istirahat sekolah ia juga tak ada dimana-mana. Di kantin, di
kelas-kelas, di perpustakaan. Dimanapun ia tak ada. Apa jangan-jangan
dia hantu?
“ada apa sih Ra?” Tanya Kisya di sela-sela jam istirahat. “sekolah
terlambat, istirahat selalu ngilang, pelajaran nglamun. Udahlah lupain
Kevin, Ra. Dia gak baik buat kamu”
Aku kaget mendengar ungkapan Kisya padaku. “bukan Kevin. ini gak ada hubungannya dengan Kevin!” teriakku.
Tidak jauh dari tempatku dudukku, Karin mendengar ucapanku. Ia tertawa
sinis melihatku. Membuatku berpaling dan melototkan mataku untuk
menyuruhnya diam. Ia malah semakin girang melihat ekspresiku. “Udahlah
Ra, terima saja. Kevin itu skarang milikku.”
“ambil saja BEKAS PACARKU karena sekarang aku gak butuh!”
Kevin yang baru saja masuk kelas dan mendengar ucapanku, tiba-tiba
datang dan menampar wajahku. Aku kaget pipiku merah mataku berlinang.
Sakit.
Aku berlari meninggalkan kelas terus berlari melewati lorong. Berlari
terus hingga aku menemukan sebuah tangga, aku turun ke bawah dan
terlihat disana taman yang indah. Aku baru tau ada tempat seperti ini di
sekolahku.
Perasaanku tiba-tiba merasa aneh. Sakit hati tadi. Dan penemuanku atas
taman ini adalah perasaan yang sangat kontras. Dari prasaaan sakit hati
berubah menjadi perasaan damai dan tenang.
“e’hem!!” seseorang berdeham di belakangku.
Aku menoleh dan ternyata aku dapati seorang laki-laki sedang duduk sambil menikmati puntung rok*k di tangannya.
“kamu?” aku kaget melihatnya. orang misterius yang aku cari selama ini.
“ya, kenapa?” ia tersenyum simpul. “mau rok*k?”
Aku menggeleng “aku gak merok*k, apa yang kamu lakukan disini? Dan berapa tempat yang kamu ketahui sebagai tempat rahasia?”
“disini aku sedang merok*k, apa kamu gak lihat nona? Hmm, Ada banyak. Tapi disini favoritku, bagaimana kamu tau tempat ini?”
Aku menggeleng. Laki-laki itu tersenyum. Pasti ia tau aku habis
menangis. dan ia tau, pasti aku tak sengaja menemukan tepat
persembunyiannya.
“aku Anto. Kelas 11 IPA 5. Dan aku tau kamu pasti Klara. Kelas 11 IPA 2”
“bagaimana kamu bisa tau?”
Anto seperti mengabaikan pertanyaanku tapi sepertinya dia ingin mengatakan itu tidak penting ia tau darimana.
Ia bercerita bahwa sejak ia melihaku melompati dinding belakang sekolah
ia sering mengamati ku di setiap tempat. Ia takut kalau aku akan melapor
kepada guru BP. Bahkan ia tau kalau selama ini aku mencari-cari
sosoknya, dari caraku menatapi orang-orang sekitar dan mengamati setiap
ruang kelas. Makanya ia bersembunyi. Membiarkan aku dalam ruang
penasaran. Dan tiba-tiba aku malu mendengar ceritanya. Aku terlihat
sangat bodoh.
Dan di sinilah kita bertemu. Di tempat yang katanya tempat
favoritnya. Dengan tidak sengaja. Dan entah kenapa hubungan ku dengan
Kevin, ku ceritakan kepada Anto dengan mengalir apa adanya. Dan Anto
dengan setia mendengarkanku. Dan ia juga cerita alasannya mengapa ia
merok*k. Itu karena ia kesal pada Ayahnya yang suka mengatur
kehidupannya.
Anto sengaja mencari tempat-tempat persembunyian di sekolah agar
terhindar dari guru BP saat merok*k. Ia juga sering terlambat sama
sepertiku karena ia harus menemui Ibunya yang berada di rumah sakit
jiwa. Ibunya gila karena stress, adiknya meninggal saat dilahirkan.
Hari-hari ku jalani berteman dengan Anto di tempat-tempat rahasia di
sekolah. Kita belajar bersama membuat ide-ide cemerlang, terlambat
bersama dan saling mengenal sebagai seorang sahabat. Dan sejak saat itu,
Anto belajar untuk mengurangi rok*knya.
Kabar terakhir kudengar Kevin dan Karin putus karena Karin selingkuh
dengan sahabat Kevin. Ia kepergok sedang jalan berdua ke kebun
binatang. Kabarnya, Karin memang orang yang mudah jatuh cinta.
Dan terlihat guratan sebal di wajah Kevin ketika aku duduk berdua dengan Anto di kantin sekolah. Tapi, aku tidak peduli.
Kukenalkan semua tempat rahasia kami kepada Kisya. Dan sempurna kami
bertiga -Aku, Anto dan Kisya- berbagi ilmu dan berbagi canda. karena
bagi kami persahabatan lebih indah dibandingkan hal lainnya.
Ternyata Anto orangnya seru juga lho.
Nyesel pernah pacaran dengan Kevin, ups!
0 komentar:
Posting Komentar