Jika kita berjalan-jalan ke luar negeri, seringkali kita ditanya, Where do you come from? Ironisnya
banyak sekali orang asing yang tidak tahu di mana letak negara kita
tercinta, Indonesia. Namun ketika kita sebutkan salah satu pulau kecil
di Indonesia, Bali, mereka langsung tahu di mana letaknya. Selama
puluhan tahun memang Pulau Bali sudah terkenal ke seluruh dunia akan
keindahan alam dan pantainya.
Bali yang Sudah Tidak Terawat Lagi
Beberapa
hari yang lalu di awal Desember 2011 saya terkejut melihat foto Pantai
Kuta di salah satu koran nasional terbesar di Indonesia, Harian
Kompas. Di foto tersebut terlihat jelas Pantai Kuta penuh sesak dengan
berbagai macam sampah dan kotoran, jorok sekali. Alangkah sedihnya saya
melihat pantai yang dulu terkenal indah kini menjadi berantakan dan
sangat tidak layak untuk tempat berwisata. Luar biasa, sampah mulai
dari botol minum air mineral hingga bungkus plastik deterjen bisa kita
jumpai di sana. Anehnya, intansi terkait maupun warga Bali sekali pun
tidak tanggap bergerak. Mau di bawa kemana Wisata Bali kita? Apakah
akan kita biarkan ikon pariwisata Indonesia ini hancur lebur hanya
karena ketidaktanggapan instansi pemerintah? Mengapa para turis lokal
maupun asing membuang sampah seenaknya di Pantai Kuta? Apakah memang
tidak ada larangan serta hukuman yang tegas bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab tersebut? Bahkan kondisi yang terus memburuk ini
terus dibiarkan bertahun-tahun oleh pemerintah pusat serta Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kita. Mau dibawa ke mana Pulau Bali?
Tujuh bulan yang lalu, secara lugas Majalah Time edisi 1 April 2011 dalam judul artikel Holiday in Hell
menyebutkan berliburan ke Bali sama dengan berlibur ke neraka! Apakah
memang sudah separah itukah Pulau Bali? Memang sudah! Artikel yang
ditulis oleh jurnalis Andrew Marshall bahkan tidak diprotes sama sekali
oleh Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Beliau justru dengan
berbesar hati mengamini isi artikel tersebut dengan mengatakan, Ya
harus diakui kita kotor. Coba bandingkan wisata tujuan negara lain, yah
kita jauh lah. Dalam artikel tersebut ditulis bahwa selain Bali
dipenuhi dengan sampah dimana-mana, Bali juga memiliki tingkat
kemacetan yang sudah sangat parah. Bali sudah tidak nyaman lagi menjadi
tujuan wisata. Tentunya artikel yang ditulis di sebuah majalah
berskala internasional ini sangat memukul industri pariwisata kita.
Bagaimana tidak? Majalah Time dibaca oleh jutaan pasang mata di seluruh
belahan dunia. Tentunya publikasi yang buruk mengenai Bali akan
berdampak langsung pada antusiasme turis asing untuk berlibur ke Bali.
Bagaimana caranya Bali berbenah diri? Mengapa sudah 7 bulan berlalu
namun tidak ada perubahan sama sekali terhadap kebersihan Pantai Kuta
dan Pulau Bali? Apakah memang tidak ada anggaran yang tersedia untuk
membersihkan sampah yang sudah menggunung tersebut?
Bali Harus Bangkit!
Dengan
terpuruknya kebersihan Pulau Bali secara perlahan-lahan tapi pasti
maka akan menurunkan minat para wisatawan asing maupun lokal untuk
mengunjungi Pulau Dewata tersebut. Bagaimana caranya mengembalilan
kebersihan Pulau Bali? Mau tidak mau tentu dengan mengganti Gubernur
Bali! Menyedihkan sekali, sudah 7 bulan sejak pencanangan Program Bali Clean and Green oleh
Gubernur Bali, I Made Mangu Pastika, namun tetap saja tidak ada
perubahan sama sekali terhadap pembenahan sampah di Bali. Apakah Bali
kita biarkan untuk terus terpuruk? Apakah Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Mari Elka Pangestu akan diam saja melihat ikon wisata
Indonesia hancur lebur di mata dunia? Tentu tidak! Bali harus bangkit!
Bali harus dibenahi! Kita semua sebagai bangsa Indonesia harus bersatu
untuk membenahi Bali. Jika para penduduk lokal sendiri sudah tidak
peduli dengan kebersihan Pantai Kuta, maka terpaksa kita semua yang
bukan penduduk Bali lah yang harus mulai bergerak. Everybody can be a changemaker! Mulailah dari hal yang kecil. Bagaimana caranya? Simak 3 langkah praktis dan mudah berikut:
1. Buanglah Sampah pada Tempatnya
Saat
kita berkunjung ke Pulau Bali belajarlah untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Tentunya kekotoran Pulau Bali yang ada sekarang sebagian
besar adalah karena ulah wisatawan domestik yang tidak memiliki sense of belonging terhadap
Pulau Bali. Jarang sekali kita melihat para wisatawan asing membuang
sampah sembarangan di Pulau Bali namun sebaliknya justru wisatawan dalam
negeri lah yang terlihat paling banyak mengotori Bali! Sungguh ironis!
Sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya, marilah kita bersama-sama
untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di pantai dengan pasir putih
yang indah. Tentunya pendidikan mengenai disiplin membuang sampah di
tempat sampah sudah kita dapatkan sejak bangku SD namun mengapa
seringkali tindakan ini tidak pernah kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari? Mulailah dari hal kecil, mulailah sekarang juga!
2. Pungutlah Sampah yang Kita Lalui
Milikilah
Bali. Bali adalah milik kita semua. Bali adalah kebanggaan Indonesia.
Bali jauh lebih terkenal dari Indonesia. Jadi apabila Bali sudah
terkenal sebagai Tempat Berlibur Neraka tentu nantinya Indonesia akan
dicap lebih buruk dari itu oleh orang-orang di luar sana. Marilah kita
mulai mempraktekkan langkah yang kedua: pungutlah sampah yang kita
lalui. Milikilah rasa kepedulian terhadap kebersihan Pulau Bali dengan
memungut sampah yang kita lalui. Hal ini sebenarnya sangat sederhana,
hanya makan waktu 1-2 detik dalam hidup kita namun jika setiap wisatawan
domestik melakukan hal yang demikian tentu efeknya akan sangat masif!
Mulailah dengan hal-hal yang bisa kita lakukan. Janganlah menunggu
orang lain yang memungut sampah atau membersihkan sampah. Jadilah
bagian dari solusi Bali Bersih!
3. Bergabunglah dengan Komunitas Internasional I Love Bali
Komunitas I Love Bali yang
digagas oleh para pencinta lingkungan ini tentunya ingin mengirimkan
pesan tajam bahwa kita semua cinta Bali. Tidak hanya orang Indonesia
namun ternyata banyak sekali orang asing yang cinta Bali dan secara
sukarela bergabung dengan komunitas positif ini. Bergabunglah dengan
bagian yang lebih besar untuk menyelamatkan Pulau Bali. Bali harus
bangkit! Bali harus kembali bersih! Jangan biarkan Bali berubah menjadi
Neraka Liburan! Bali harus kembali sebagai Surga Liburan, tempat kita
melepaskan diri dari penatnya bekerja di kota besar.
Bali Sangat Menarik Bagi Investor Asing
Dengan
tidak adanya regulasi yang jelas, Bali di sisi lain telah menjadi
surga bagi para pebisnis. Jutaan dollar dikucurkan oleh para investor
asing untuk membangun hotel dan resort mewah. Tidak sedikit
hotel elite di Bali yang berani membandrol $20.000 untuk biaya menginap
satu malam di kamar hotel mewah mereka. Bali sudah menjadi surga bagi
para pebisnis hotel. Bahkan tidak sedikit pula pengusaha lokal kita
yang mengucurkan investasi besar-besaran di Bali. Bali masih memiliki
harapan di masa depan. Jangan biarkan harapan itu pupus. Dengan
dibangunnya gedung konferensi terbesar di Bali, Bali Nusa Dua
Convention Center, tentunya Bali sudah sangat siap untuk menggelar
berbagai konferensi tingkat internasional. Tidak tanggung-tanggung,
dengan kapasitas 5.000 orang, gedung pertemuan tersebut sudah dipakai
untuk menggelar Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN & East Asia Summit
pada November 2011 lalu. Konferensi prestisius ini juga dihadiri
langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Sungguh kita
harus bangga pada Bali! Bali adalah aset bangsa Indonesia! Mari
selamatkan Pulau Bali! I LOVE BALI…
Berlibur bersama Garuda
source: http://www.juliariyasa.net/
0 komentar:
Posting Komentar