KlikBagikan-Sobat Klikers, berikut ini adalah beberapa Sayarat
untuk menjadi anggota KOPASSUS yang mungkin dibacapun sudah membuat
nyali ciut. Nah Bagian yang merah adalah syarat menjadi anggota Kopassus..
Buku "Kopassus untuk Indonesia; Rahasia Pasukan Komando"
Menyamar Pedagang Durian hingga Sniper Ambon
Isi buku Kopassus untuk Indonesia yang diluncurkan Kopassus TNI-AD tak
sembarangan. Buku dengan desain gaul itu membuka rahasia dapur korps
terbaik ketiga di dunia itu, termasuk operasi intelijen bawah tanah.
Seperti apa?
RIDLWAN HABIB, Jakarta
WANITA itu bukan tentara. Gaya pakaiannya juga santai. Turun dari mobil
New Honda City metalik, dia disambut hormat oleh prajurit Kopassus.
"Mbak Esti ini sudah kami anggap bagian dari keluarga," kata Letkol
Farid Makruf yang menyambut Esti di Markas Komando Kopassus, Cijantung,
Jakarta Timur Kamis lalu (7/1).
Siang itu suasana sekitar Kesatrian Kopassus agak lengang. Sebab, pada
jam dinas, semua prajurit sibuk dengan tugas masing-masing. "Sebelum
mengenal mereka, saya benar-benar awam dengan dunia militer," kata Esti
yang sengaja berkunjung ke Kopassus untuk menemui Jawa Pos (Cenderawasih
Pos Group).
Nama lengkapnya Erastiani Asikin Natanegara. Bersama penulis lain, Iwan
Santosa, mereka diberi kepercayaan penuh oleh Komandan Jenderal (Danjen)
Kopassus untuk menulis buku yang mulai beredar tiga minggu lalu itu.
"Buku ini adalah buku resmi Kopassus pertama yang ditulis sipil dan
untuk umum," kata Letkol Farid yang ikut berbincang. Farid adalah
alumnus Akmil 1991 yang juga menjadi salah satu narasumber buku. Mantan
kepala staf pribadi (Kaspri) Danjen Kopassus itu juga menjadi anggota
tim penyusun buku bersama 16 orang lainnya.
Menurut Farid, Kopassus sengaja meminta orang luar agar tulisannya
objektif. "Mbak Esti ini mulai nul puthul. Kita memang buka apa adanya.
Kalau mau ditulis jelek, ya tulis saja," kata perwira asal Pulau Madura
itu.
Isi buku setebal 345 halaman itu memang blak-blakan. Misalnya, cerita
seorang anggota Sandhi Yudha Kopassus yang bertugas sebagai intelijen
Kopassus saat masa darurat militer di Aceh pada 2003. Sersan Badri (nama
samaran, Red) bertugas untuk masuk ke lingkaran utama Gerakan Aceh
Merdeka.
Untuk menyukseskan misinya, Badri harus menyamar sebagai pedagang durian
dari Medan. Berselang setahun, sendirian, Badri menembus akses untuk
mendapat kepercayaan anggota GAM. "Saat paling sulit, saat dia diminta
pimpinan GAM melindungi istrinya dari kejaran pasukan TNI. Selama tiga
bulan, Badri harus mencari tempat kos yang aman dari kejaran TNI yang
sebenarnya temannya sendiri," katanya.
Agar jaringan intelijen sempurna dan tidak bocor, Badri tidak pernah
diketahui identitasnya sebagai anggota Kopassus kecuali oleh beberapa
pimpinan operasi. Meski menyamar sebagai pedagang durian, Badri
menggunakan kesempatan itu untuk menyabot senjata-senjata GAM.
"Misalnya, alat pembidik pada senapan-senapan GAM sengaja digeser agar
tembakan mereka melenceng atau tidak tepat sasaran," katanya.
Kisah lain yang juga sengaja dibuka Kopassus adalah tim Kopassus yang
bertugas mengamankan kerusuhan Ambon pada Januari 2001. Mereka bertugas
di tengah-tengah kelompok Merah (Nasrani) dan kelompok Putih (muslim).
Namun, ternyata, sumber kerusuhan adalah sniper (penembak jitu) gelap
yang memprovokasi serangan.
Narasumber dalam kisah itu adalah Wakil Asisten Intelijen Kopassus
Letkol Nyoman Cantiasa yang saat itu masih berpangkat kapten. Kebetulan
Nyoman pernah menceritakan kisahnya secara singkat kepada Jawa Pos
beberapa bulan lalu saat tak sengaja bertemu di Taman Makam Pahlawan
Kalibata.
Dalam buku itu, dikisahkan bahwa Nyoman memerintahkan beberapa anggota
tim untuk mencari asal sniper yang menembak di malam hari. Ternyata,
para perusuh itu bersembunyi di Hotel Wijaya II Ambon. Mereka juga
menyadap saluran HT pasukan Nyoman. Bahkan, kata sandi Nyoman saat itu
yakni Arjuna 2 juga diketahui.
Berdasar penghitungan matang, Nyoman akhirnya memerintahkan tim dengan
seizin Pangdam Pattimura (saat itu dijabat Mayjen M. Yasa) menyerbu
Hotel Wijaya. Terjadi baku tembak selama dua jam sebelum seluruh sniper
dilumpuhkan. Mereka berhasil menyita beragam senjata, seperti AK 101, AK
102, SKS, MK1, SS1 , M16, dan US Karabine 30 mm.
Selain Aceh dan Ambon, Kopassus membuka kisah di balik operasi-operasi
di Papua, Timor Leste (dulu Timor Timur), dan berbagai lokasi lain di
Indonesia. Tidak khawatir strategi Kopassus bocor ke tangan intelijen
asing? Menurut Farid, kekhawatiran selalu ada. "Tapi, ibarat memasak
nasi goreng. Bumbunya tidak semua orang tahu, tapi hasilnya enak. Jadi,
secara detail teknisnya masih kami tutupi," kata Farid yang sekarang
menjabat kepala penerangan Kopassus itu.
Tanpa bermaksud sombong, kata Farid, Kopassus mempunyai kemampuan
intelijen dan antiteror yang bisa diandalkan. "Rata-rata pembebasan
sandera hanya butuh tiga menit. Di Woyla dulu juga cukup tiga menit,"
katanya.
Saat ditanya tentang operasi Densus 88 di Temanggung yang butuh waktu 17
jam untuk meringkus Ibrohim, otak peledakan Ritz-Carlton, Farid
menggeleng. "Kami tidak mau mengomentari keahlian orang lain. Cukuplah
masyarakat yang menilai dengan buku. Kalau memang Kopassus jelek, ya,
silakan dianggap jelek. Apa pun itu kami bangga bertugas demi negara.
Itu kehormatan komando," kata perwira yang pernah dikirim ke Sierra
Leone, Afrika, itu.
Masih banyak kisah lain yang ditulis Esti. Misalnya, proses
perekrutan anggota Kopassus yang ketat. Seorang prajurit yang bisa
diterima Kopassus harus bisa berlari 12 menit dengan jarak tempuh
minimal 2.800 meter. Lalu pull up 12 kali, push up 40 kali minimal dalam
satu menit, sit up 40 kali minimal dalam satu menit, renang dasar 50
meter dan tidak takut ketinggian lebih dari 15 meter.
Setelah itu mereka harus ikut seleksi psikologi dan jika lolos harus
menjalani pendidikan komando selama tujuh bulan. Pelatihan itu sangat
berat. "Mereka punya istilah kaki tomat, yakni kaki yang melepuh karena
harus long march dari Bandung ke Cilacap jalan kaki dengan jarak tempuh
500 kilometer selama 10 hari dengan beban perorangan 30 kg di pundak,"
kata Esti.
Kisah-kisah kegalakan pelatih juga dideskripsikan. Misalnya, galaknya
Kapten Encun di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar. Encun yang ahli
melempar pisau komando itu sudah melatih spesialisasi komando 26 tahun.
"Semua pohon randu di Batujajar tidak ada yang selamat. Semua dibabat
habis untuk latihan lempar pisau," katanya.
Kisah-kisah humanis anggota Kopassus saat bertugas di luar negeri juga
dideskripsikan. Juga saat korps baret merah itu menjadi garda depan
penanggulangan bencana alam. Wanita alumnus Sastra Tiongkok, Universitas
Indonesia itu mengaku hanya butuh tiga minggu untuk menyelesaikan
bukunya.
http://klikbagikan.blogspot.com/2014/05/syarat-berat-jadi-anggota-kopassus.html
"Sehari saya wawancara delapan hingga 10 prajurit, mulai pangkat
terbawah sampai jenderal," katanya. Interaksi tiga minggu itu telah
mengubah pandangannya tentang Kopassus. "Mereka orang-orang aneh yang
mengidap adrenalin junkie, yakni orang yang bekerja sangat prima dalam
kondisi stres dan dalam tekanan tinggi," katanya.
Dia mencontohkan salah seorang bintara bernama Serka Sumardi. Orang itu
istimewa karena sudah 14 kali ditugaskan di medan operasi. Sedangkan
rata-rata prajurit yang lain hanya empat kali. Sumardi pernah sekali
ditugaskan sebagai anggota pasukan PBB di Bosnia.
"Saat saya tanya apa yang paling enak dalam penugasan, dia menjawab saat
dikirim ke Bosnia karena bisa merasakan enaknya landing (mendarat).
Ternyata selama 14 kali terjun operasi, dia selalu dilempar ke udara
dengan parasut dan belum pernah sekalipun naik pesawat. Ini ndeso, tapi
jujur," kata Esti sambil melirik Farid.
Farid tertawa lepas. "Kisah-kisah seperti itu kami harap bisa menarik
minat anak muda bergabung ke Kopassus. Kalau yang tua-tua, terus terang,
kami capek meyakinkan mereka," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar