Ilustrasi |
Penemuan OFCG
Sinar laser dapat dipecah menggunakan alat temuan Bambang. Temuan tersebut dinamakan Optical Frequency Comb Generator (OFCG), yakni pembangkit sisiran frekuensi optik. Ini alat pencacah sinar laser yang lazim digunakan di perusahaan berbasis fiber optik. Temuannya itu juga telah dipakai berbagai industri komunikasi di Jepang. Berkat temuannya tersebut Bambang diberi penghargaan berupa medali Anugerah Habibie dari The Habibie Center (THC), yayasan yang bergerak di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bambang dinilai sangat berjasa sebagai peneliti teknologi, khususnya ilmu rekayasa. Dulu para peneliti sama sekali tak terpikir bagaimana mencacah sinar laser menjadi ribuan sinar baru. Sebab, memecah sinar adalah pekerjaan sulit. Bila satu sinar yang dipancarkan perlu satu transmitor, kalau memancarkan banyak sinar, tentu juga perlu banyak transmitor.
Bambang berhasil menciptakan alat pencacah sinar laser yang hanya sebesar jari kelingking sebagai produk dasar. Kemudian Bambang menyempurnakan temuannya agar bisa diproduksi secara masal. Ide Bambang membuat pemancar sinar tersebut disempurnakan dan ukurannya menjadi sebesar kotak P3K. Bambang Widiatmoko terinspirasi oleh tiga peraih Nobel Fisika tahun 2005. Mereka adalah Roy J. Glauber, peneliti Harvard University; John L. Hall, peneliti University of Colorado, dan Theodor W. Hansch, fisikawan Max Planck dari Institut fur Quantenoptik Garching, Jerman. Dua nama terakhir merupakan karib Bambang dalam melaksanakan riset-riset fisika. Ketika masih di Jepang, Bambang memproduksi masal alat ciptannya tersebut. Bahkan, dia juga mendirikan perusahaan ventura bernama Optocomb. Bambang menggandeng dua sahabatnya. Alat yang dipasarkan itu berseri BK625SM. BK merupakan gabungan inisial Bambang (B) dan Kourogi (K). Kourogi adalah karib Bambang di Jepang.
Alat pendeteksi Tsunami
Selain OFCG Bambang Widiatmoko pernah juga menghasilkan karya besar lain, yakni pendeteksi tsunami berbasis laser. Alat itu kini sudah dimanfaatkan di Jepang. Ditanam di dasar laut perairan Jepang. Prinsipnya, begitu tanda-tanda tsunami muncul, alat yang ditanam tadi akan mengirimkan informasi sinar laser ke stasiun di pinggir pantai. dengan Alat pendeteksi Tsunami ini, semua orang di daratan bisa mengantisipasinya.
Alat pendeteksi Tsunami temuan Bambang tak mudah hilang, seperti kasus alat pendeteksi tsunami di beberapa pantai di Indonesia. Kalau tak dihantam ombak, berita yang muncul dicuri nelayan yang usil.
Bentuk alat ini seperti tongkat yang ditanam di dasar laut. Berbeda dengan alat opendeteksi tsunami lain yang diapungkan dengan buoy. Apabila, buoy hilang dihantam ombak, lenyaplah alat tersebut.
Alat pendeteksi Tsunami ini pernah ditawarkan ke Bappenas pada tahun 2004, namun sebelum ada jawaban terjadilah tsunami di Aceh. Hingga kini, alat Bambang juga masih belum di pakai di Indonesia. Alat tersebut justru populer di Jepang.
Alat penghancur jarum suntik
Selain menemukan pendeteksi tsunami berbasis laser, Bambang telah menciptakan alat penghancur jarum suntik. Setelah menyuntik pasien, dokter tidak perlu membuang jarumnya ke tempat sampah. Cukup dimasukkan ke alat buatan Bambang, jarum akan melebur menjadi serbuk. Bakteri yang menghuni jarum tadi dipastikan mati. Di luar negeri banyak dibuat alat serupa, namun banyak suster ketakutan, sebab alat itu memancarkan api.
0 komentar:
Posting Komentar